Rabu, 19 Desember 2012

Namaku KAMMI



Gejolak negeri yang kaya raya dan berlimpah alam merata, di balik lumbung-lumbung padi berisi dan kuning keemasan, di balik rentetan pohon cengkeh yang mewangi , di balik bulir embun yang menempel pada pucuk-pukuc tek hijau, di balik berlimpah ruah emas dalam kerak yang menganga, di balik hamparan sawah melikus petak-petak kesejahteraan, di balik tinggi dan suburnya hutan hujan tropis yang menyejukkan bumi, di balik keindahan koral, ikan-ikan dan mutiara mulia yang terjaga dengan penuh kesetiaan, di balik gedung-gedung yang tajam menantang langit, di balik jalan-jalan teratur dilengkapai penerangan. Kata mereka negeriku adalah surga dunia. Di balik itu semua, Aku dapatai negeriku sebagai negeri yang aneh, aku dapati negeriku yang instan ini, tak lebih dari sebungkus indomie yang dimasaka secara Cuma-Cuma. Ya inilah negeriku kawan “Negeri instan yang kaya raya!” seperti itulah yang ingin aku katakan kepada para peneliti asing itu, orang-orang yang tercengang melihat kaya dan luar biasanya negeriku ini, orang-orang yang tercekat melihat pesatnya pembangunan gedung tinggi dan jalan teratur, orang-orang yang masih terkejut dan hanya mampu bergumam, karena mereka datang untuk meneliti negeri ini negeri penuh tipu dan muslihat, nampak kaya dan damai sejahtera tapi  juga sebagai lahan krisis moneter, lahan para borjuis memamah nasi hasil korupsi, lahan para penguasa menarik kawan sejewat untuk duduk bersantai sebagai wakil rakyat. Lahan kemiskinan, kesenjangan, dan kesusahaan. 



28- Maret-1998  “Aku adalah KAMMI”
Aku terlahir dari momentum yang medadak , terbentuk dari tangan orang-orang yang mulai tersadar, tersebut dalam teriakan yang rindu keadilan. Era Reformasi!! Di balik dinding dan hijab mesjid itu tercipta asa yang menggelora, jiwa yang mengmuk untuk turun berjuang, ya!! Bisikan itu membuat langkah-langkah mereka para pelakon dakwah sampai ke momentum yang menyejarah, bisikan itu pula yang membuat setiap detik pergerakan sangat berarti untuk diperjuangkan.
Detik-detik itu telah tiba, tepat di ujung kota Malang, di dalam gedung salah satu instansi pendidikan, ratusan dari mereka yang tersengat bisikan itu berkumpul untuk satu tujuan, meski terpisahkan jarak antar pulau dan lautan, meski terbagi dalam berbagai perbedaan budaya dan ras, tapi kesamaan rasa itu telah mengantar langkah mereka para pemuda dan pemudi bangsa untuk maju berjuang dalah satu barisan kokoh yang kuat.
Dan Aku pun diproklamirkan, sebagai satu wadah yang mengikat aksi para pemuda dan Mahasiswa Muslim Indonesia. Dengan satu alasan aku dibentuk oleh tangan para pemuda itu, REFORMASI !! kemudian Semuanya di mulai, titik-titik keringat mulai bercecer, teriakan kekecewaan mulai bergaung keras, para Mahasiswa pelakon agen of change telah keluar dari persembunyiannya. Dan Aku mulai muncul di permukaan. Mereka mulai menyebut-nyebut namaku  Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)

Mei- 1998
Ratusan polisi mengitari lapangan senayan, lengkap dengan persenjataan dan kesiapan jikalau terjadi pertikaian dan kekacauan. Lalu puluh ribuan pemuda tirun ke jalan, memenuhi lapangan senayan dengan bendera perjuangan. “LAUTAN JILBAB PUTIH MENGEPUNG SENAYAN” kemudian wajah dunia berbalik pada satu titik, setiap pasang mata tertuju pada tempat itu, lauan jilbab putih itu telah sukses mencuri perhatian dunia, masyarakat, bahkan Allah.
Dari lapangan itu, para penyeru pembebasan dan perubahan menajamkan suaranya, mulcullah para tokoh-tokoh reformasi, para wajah-wajah pembaharu,  para revolusioner muda yang idealis dan penuh harapan. Lalu setiap mata dan perhatian tertuju pada lautan jilbab putih itu. Siapa yang tidak cemas dengan  aksi yang paling besar yang pernah terjadi di negeri ini, siapa yang tidak risau akan kekacauan yang diperkirakan akan mengguncang Ibu kota negeri ini, siapa yang tidak takut Indonesia akan kehilangan rupa kedamaiannya, disebabkan Lautan Jilbab putih yang mengepung senanyan itu. Dan sejarah membuktikan, tidak ada aksi saparatis pada momentum pergerakan itu, cahaya keeemasan matahari menyilau dengan hangat, penyampaian perjuangan itu berakhir dengan kedamaian dan ketertiban. Perjuangan itu telah melahirkan sosok-sosok pemimpin yang peka dalam segala kondisi, pergekan itu telah melahirkan para pemerhati dan pembela keadaan bangsa, aksi itu telah memunculkan harapan kalau perbaikan dapat segra diusung oleh para Mahasiswa sebagai tonggak reformasi.
Momentum itu cukup singkat, namun telah memperkenalkan nama KAMMI di mata dunia, memperkenalkan di mata orang-orang kalau para pejuang di jalan Allah adalah orang-orang yang tak bisa tinggal diam menyaksikan keterpurukan di sekitarnya. Mereka para pemuda, para pelakon-pelakon tarbiyah, telah turun dalam satu pergerakan dan merangkul siapa saja yang mempunyai misi yang sama dalam perjuangan di Era Reformasi saat ini.
Orde beru telah runtuh sejak saat itu, namun masih menyisakan bibit-bibit kenakalan dalam mental beberapa pemimpin di negeri ini. Reformasi bukanlah akhir dari perjuangan mereka para Agen of Change, tetapi reformasi adalah awal dari sebuah perjuangan besar, perjangan yang akan menentukan nasib bangsa yang akan datang.
Itulah alasan mengapa KAMMI harus tetap menancapkan benderanya di negeri ini, sebab kemenangan islam adalah jiwa perjuangan KAMMI, kebatilan adalah musuh abadi KAMMI, solusi Islam adalah tawaran KAMMI, perbaikan adalah tradisi perjuangan KAMMI, kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI, dan persaudaraan adalah watak Muamalah KAMMI.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar